Halaman

Senin, 06 Desember 2010

Terasa seperti baru satu hari aku di Kabupaten Keerom

     Pemekaran yang terjadi membuat saya tersentak kaget. Demi percepatan pembangunan di Papua terjadi banyak pemekara-pemekaran di daerah yang sesuai dengan amanat OTSUS. Kabupaten Keerom di antaranya, tak terasa sudah 4 tahun lamanya saya bertugas di BPS Kabupaten Keerom. Perubahan-perubahan yang sangat cepat terjadi hampir di setiap sudut, baik pembangunan fisik maupun pembangunan manusianya. Gedung-gedung baru bermunculan, jalan-jalan di aspal, jembatan-jembatan dibangun permanen,sekolah-sekolah ,sarana kesehatan ( rumah sakit,puskesmas,Pustu, Balai kesehatan dan posyandu) rumah makan, kios,toko,pasar,bengkel dibangun hampir di setiap kampung sebagai konsekwensi nya masyarakat banyak yang tertolong dalam semua sektor kehidupan namun ada juga masyarakat yang terpaksa atau dipaksakan  bahkan jadi korban dari pembangunan itu sendiri.
     Adalah tugas kami BPS Kabupaten Keerom  untuk melaporkan keadaan tersebut di atas dengan cara melakukan survey-survey, sebagai tolak ukur kemajuan atau kemunduran yang terjadi pada pembangunan di kabupaten Keerom. Bentuk yang di publikasikan adalah buku diantaranya PDRB,ICOR,DDA,KCA,IKK,KARAKTERISTIK PENDUDUDK,POTENSI KAMPUNG yang seluruh datanya di dapat dari lapangan berdasarkan hasil survey dan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat melalui dinas atau SKPD serta keterlibatan dari pihak swasta.
    Akurasi atau ketepatan data yang di peroleh dari lapangan tidak terlepas dari usaha-usaha kami sebagai ujung tombak BPS Kab Keerom yaitu KSK (koordinator statistik kecamatan) yang bertugas mengumpulkan data-data dari setiap distrik yang ada di Kab Keerom dan bertanggung jawab di lapangan. Setiap KSK bertanggung jawab di tiap distrik masing-masing. Dalam hal ini saya di tugaskan sesuai dengan SK yang di berikan yaitu sebagai KSK distrik Arso yang memiliki 17 Kampung atau Kelurahan,dan merupakan daerah yang memiliki konsentrasi penduduk terbanyak. Sesuai dengan hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduknya yaitu 20214 jiwa dengan luas wilayah 1636,20KM persegi dengan kepadatan penduduk per Kilometer persegi 1.5 jiwa.
     Suka dan duka selama di lapangan bukanlah hal yang biasa di alami di daerah di luar Papua.  Alasan yang paling tepat adalah kuatnya adat istiadat serta faktor politis yang sedang di alami di wilayah Papua, masih banyaknya masyarakat yang ingin merdeka akibat kurang atau tidak tersentuh oleh pembangunan yang sedang berjalan. Sepertia kurang meratanya bantuan-bantuan yang sampai kepada setiap individu-individu yang berada jauh dari ibukota kabupaten. Juga ketidaktahuan masyarakat tentang apa itu OTSUS dan bagaimana menjadi bagian dari pembagunan itu. sehingga terkadang amarah dan ketidak tahuan mereka sering di lampiaskan kepada kami sebagai petugas lapangan (KSK red). namun banyatidak sampai disitu keadaan geografis (hutan kanopi,lembah,sungai,gunung ,hujan,jalan putus,jembatan putus,tidak ada jembatan, longsor,dan lainnya) serta kendaraan bermotor yang sangat-sangat tidak sesuai dengan medan yang di hadapi oleh kami di lapangan. Lucu memang pernah kami survey dan kehabisan makanan ya terpaksa kami makan dari bantuan masyarakat setempat. Apapun kami makan namun setelah hari ketiga kami masih mendapatkan makanan yang sama, ingin tau kami makan apa ? kami makan semua hewan yang dilindunngi dalam daftar WWF dan Pemerintah daerah seperti Burung kakatua (putih,hijau,raja),burung nuri,kasuari,bahkan burung cendrawasih kami makan. untung Pak Presiden melarang makan Burung Garuda ,kalau beliau ijinkan burung garuda juga kami makan... ungkap salah satu rekan kami.
     Kami bangga dengan semua yang kami jalankan dilapangan, mudah mudahan selanjutnya kami tetap kuat dan sehat selalu demi tugas-tugas yang akan datang serta tantangannya.